BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zat-zat yang ada
dalam kehidupan kita sehari-hari kebanyakan tidak dalam keadaan murni,
melainkan bercampur dengan dua atau lebih zat lainnya.Campuran
suatu zat akan tetap mempertahankan sifat-sifat unsurnya. Oleh karena itu,
suatu bahan kimia akan dipengaruhi oleh sifat, kegunaan, atau efek dari zat-zat
yang menyusunnya. Kekuatan pengaruh sifat masing-masing zat bergantung pada
kandungan zat dalam bahan yang bersangkutan. Banyak ragam bahan kimia yang ada
dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada makalah ini hanya akan dibahas
beberapa kelompok bahan kimia saja diantaranya Pewangi,ditergen dan sabun.
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana suatu
lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan. Misalnya
air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada zat-zat
kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh detergen
misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme yang hidup
di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di sekitar
sungai tersebut.Polutan adalah
zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Lingkungan perairan yang tercemar
limbah deterjen kategori keras dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan
membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota
tersebut.Selain itu banyak dari kita yang belum tahu bahaya atau dampak yang
ditimbulkan dari bahan-bahan kimia yang sering kita gunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan
yang akan dibahas pada makalah ini dirumuskan sebagai berikut
1. Bagaimana
dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada pewangi?
2. Bagaimana
dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada detergen?
3. Bagaimana
dampak dan pencegahan pemakaian zat kimia pada sabun?
C.
Tujuan
Penulisan Makalah
Makalah
ini ditulis guna memenuhi penugasan kelompok Matakuliah Pengembangan konsep
dasar IPA di Kelas 4B PGSD FIP UNY dan guna meningkatkan pengetahuan para
mahasiswa PGSD FIP UNY tentang dampak
bahan kimia yang nantinya dapat diaplikasikan saat melaksanakan tugas sebagai
seorang pendidik juga
1.
Untuk mengetahui dampak dan pencegahan
pemakaian zat kimia pada pewangi.
2.
Untuk mengetahui dampak dan pencegahan
pemakaian zat kimia pada detergen.
3.
Untuk mengetahui dampak dan pencegahan
pemakaian zat kimia pada detergen.
D.
Manfaat Penulisan Makalah
1. Mengetahui dampak dan pencegahan
pemakaian zat kimia pada pewangi.
2.
Mengetahui
dampak
dan pencegahan pemakaian zat kimia pada detergen.
3. Mengetahui dampak dan pencegahan
pemakaian zat kimia pada sabun.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pewangi
- Pengertian
pewangi
Pewangi merupakan bahan kimia yang
biasanya terdapat dalam parfum, pengharum ruangan, pengharum lantai, pengharum
pakaian, dan pengharum toilet.Kebanyakan
pewangi menggunakan zat-zat kimia. Sementara pemakaian produk apa pun yang
merupakan zat-zat kimia, bila berlebihan atau berkontak langsung melalui sistem
pernapasan, akan menimbulkan gangguan pada fungsi sistem saraf. Demikian
dikemukakan Dr Budiawan dari Puska RKL (Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan
Lingkungan). Bahan pewangi organik dapat dengan mudah terserap melalui kulit
dan menyebabkan efek pada kulit seperti iritasi dan dermatitis. Meskipun
komponen zat kimia aktif yang dikandung tiap pewangi berbeda-beda.
- Jenis-jenis pewangi
Ada
berbagai jenis pewangi. Ada yang padat (biasanya pewangi yang diperuntukkan
untuk toilet dan lemari), ada yang cair, gel dan ada juga yang semprot.
Sementara penggunaannya, ada yang digantungkan, ada yang diletakkan begitu
saja, atau ditempatkan di bibir AC maupun kipas angin.
Ada
2 jenis zat pewangi, yakni yang berbahan dasar air dan berbahan dasar minyak.
Pewangi berbahan dasar air umumnya memiliki kestabilan aroma (wangi) relatif
singkat (sekitar 3-5 jam). Itulah mengapa pewangi berbahan dasar air relatif
lebih aman bagi kesehatan dibandingkan pewangi berbahan dasar minyak.
Pewangi
berbahan dasar minyak lebih tahan lama sehingga harga jualnya bisa lebih mahal.
Pewangi jenis ini biasanya menggunakan beberapa bahan pelarut/ cairan pembawa,
di antaranya isoparafin, diethyl phtalate atau campurannya.Sementara jenis
pewangi yang disemprotkan umumnya mengandung isobutane, riburane, propanc atau
campurannya. Untuk bentuk gci disertai kandungan bahan gum. Adapun zat aktif
aroma bentuk ini umumnya berupa campuran zat pewangi, seperti limo-ncne, benzyl
acetate, linalool, citronellol, ocimcnc, dan sebagainya.
Bahan pewangi umumnya terdiri atas tiga bentuk,
yaitu:
a.
Pewangi padat, misalnya seperti bedak.
b.
Pewangi cair, misalnya seperti deodoran.
c.
Pewangi aerosol cair, misalnya seperti parfum.
Pewangi berbentuk aerosol cair menggunakan senyawa kimia pendorong (propelan)
agar dihasilkan aerosol, yaitu kloroflurokarbon (CFC).
Aroma harum pada bahan pewangi dapat diperoleh dari
bahan alami, seperti:
a. Fenil alcohol = terdapat
pada bunga mawar
b. Sitrat = buahjeruk
c. Ambergis = dari ekstrak usus ikan paus
d. Gray
amber = dari
sperma ikan hiu
e. Castorium =dari
kelenjar kaki rusa betina yang ada
diAmerika Utara
dan Siberia
dan Siberia
f. C/Vet = dari
kelenjar musang Ethiopia
- Bahaya pewangi
Menurut
Budiawan, bahaya pewangi umumnya tergantung pada jenis/bentuknya maupun pewangi
dan komponen-komponen kimia aktif yang terkandung di dalamnya, disamping faktor
pengaruh lain, seperti jalur paparannya. Dari segi bentuk, sediaan yang mudah
menguap (aerosol) lebih berisiko bagi tubuh, terutama jika terjadi kontak
langsung melalui sistem pernapasan. Namun demikian kontak yang terjadi melalui
kulit pun bukan tak berisiko mengingat zat pewangi akan begitu mudah memasuki
tubuh.Pada prinsipnya semua zat pewangi tersebut berisiko terhadap kesehatan.
Terutama pada mereka yang berada pada kondisi rentan, seperti ibu hamil, bayi,
dan anak, ataupun orang yang sangat sensitif terhadap zat-zat pewangi.
Sayangnya, baru sekitar 80% zat pewangi belum teruji keamanannya terhadap manusia.
Di sinilah kewaspadaan konsumen betul-betul dituntut.
Ada
pun pewangi yang sudah dilarang The International Fragrance Association (IFRA)
di antaranya pewangi yang mengandung musk ambrette, geranyl nitrile, dan
7-methyl coumarin. Sedangkan yang berbentuk gel dilarang bila mengandung
zat-zat pengawet yang berbahaya bagi kesehatan, seperti formaldehyde dan
methylchloroisothiozilinone. Jadi, tidak semua pewangi memberi efek negatif
bagi kesehatan. Artinya, kita masih bisa menggunakan pewangi yang beredar di pasaran.Pewangi
dapat saja memicu gangguan pernapasan ataupun asma, sakit kepala hingga
kemungkinan gangguan pertumbuhan janin pada ibu hamil. Tapi hal ini akan
terjadi jika memakai zat pewangi yang sudah dilarang penggunaannya sebagaimana
yang direkomendasikan.
- Pencegahan
bahaya pewangi
Secara
kasat mata mungkin sulit untuk mengetahui mana pewangi yang aman dan mana yang
berbahaya. Sebagai tindak pencegahannya, konsumen harus cerdik memilih pewangi
dengan merek terdaftar/teregistrasi. Dengan demikian keamanannya minimal cukup
terjamin di bawah lembaga pengawas/pemberi izin.
Tentu saja demi keamanan konsumen,
badan pengawas harus benar-benar mengontrol peredaran pewangi ini. Terlebih
terhadap pewangi dengan kandungan zat-zat tertentu yang memang diketahui berisiko
bagi kesehatan. Mengapa hal ini perlu ditekankan? Karena pihak produsen kerap
tidak mau mencantumkan pada kemasan mengenai komposisi bahan-bahan dalam
pewangi yang diproduksinya.
Bagi
konsumen dianjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau registrasi
produk. Selain itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai kebutuhan.
Menggunakannya pun jangan berlebihan sambil selalu mengedepankan kehati-hatian
dalam memilih produk. Jangan lupa untuk menyimpannya jauh dari jangkauan
anak-anak, terutama balita.Yang tak kalah penting untuk diperhatikan, hindari
produk pewangi dari kontak langsung dengan sinar matahari guna mencegah
terjadinya perubahan kimiawi. Itulah mengapa hindari area yang langsung
terpapar sinar matahari sebagai tempat penyimpanan pengharum.Hindari pemakaian kamper untuk kebutuhan Bayi.Berdasarkan
hasil studi terdahulu (WHO), jika zat kamper (naftalen) kontak langsung pada
bayi secara perkutan (penyerapan melalui kulit) dan paparannya sering serta
berlebihan dalam penggunaaannya, dapat menyebabkan peningkatan kadar billirubin
dalam darah yang dapat mengganggu sistem saraf pusat
Pewangi
merupakan bahan kimia lain yang erat kaitannya dengan kehidupan kita
sehari-hari. Kita dapat memperoleh bahan pewangi dari bahan alam maupun
sintetik. Bahan pewangi alami yang sudah kita kenal di antaranya diperoleh dari
daun kayu putih, kulit kayu manis, batang kayu cendana,
bunga kenanga, bunga melati, dan buah pala. Bahan pewangi sintetik biasanya
dipakai dalam berbagai pewangi atau parfum dalam kemasan. Selain zat yang
menimbulkan aroma wangi, pewangi yang dijual di pasaran biasanya mengandung
zat-zat lain, seperti alkohol untuk pewangi yang berbentuk cair dan tawas untuk
pewangi yang berbentuk padat.
Selain
alkohol, masih terdapat beragam zat tambahan lainnya yang sengaja ditambahkan
ke dalam pewangi agar parfum mudah disemprotkan (zat tersebut berfungsi sebagai
propelan). Di antara zat-zat tambahan yang dapat berfungsi sebagai propelan
tersebut ada yang dapat mencemari lingkungan. Propelan tertentu jika lepas ke
udara kemudian masuk ke atmosfer bagian atas akan merusak lapisan ozon (suatu
lapisan di udara bagian atas yang melindungi manusia dari sinar-sinar berenergi
tinggi, seperti sinar ultra violet). Untuk itu, kita
harus selektif ketika membeli produk berupa parfum, jangan sampai mengandung
bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
B.
Detergen
Detergen adalah pembersih sintetis campuran berbagai bahan,
yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding
dengan sabun, detergen mempunyai
keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air.Kebersihan merupakan salah satu faktor penting bagi kesehatan
masyarakat. Untuk menjaga kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal serta
tempat umum dibutuhkan produk pembersih atau sabun cuci yang dapat diandalkan. Ibu rumah
tangga, rumah sakit, sarana umum lain hingga hotel berbintang lima pasti
menjadikan produk yang satu ini sebagai bagian kehidupan sehari-hari untuk
mencuci pakaian maupun peralatan rumah tangga.
2.
Bahan-bahan ditergen
Pada
umumnya, detergen mengandung bahan-bahan berikut:
1)
Surfaktan
Surfaktan
(surface active agent)
merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka
air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air
sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Secara
garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
a. Anionik :
-Alkyl Benzene Sulfonate
(ABS)
-Linier Alkyl Benzene
Sulfonate (LAS)
-Alpha Olein Sulfonate
(AOS)
b. Kationik : Garam
Ammonium
c. Non ionik :
Nonyl phenol polyethoxyle
d. Amphoterik :
Acyl Ethylenediamines
2)
Builder
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi
pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan
air.
a. Fosfat : Sodium
Tri Poly Phosphate (STPP)
b. Asetat :
- Nitril Tri Acetate
(NTA)
- Ethylene Diamine Tetra
Acetate (EDTA)
d. Sitrat : Asam Sitrat
3)
Filler
Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang
tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.
Contoh Sodium sulfat.
4)
Aditif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih
menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan
langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida,
Carboxy Methyl Cellulose (CMC).
3.
Jenis-Jenis Ditergen
Kita tentu sudah akrab dengan detergen, selama ini kita mengenal
detergent sebagai bubuk pembersih pakaian. Sebenarnya deterjen adalah senyawa
organik, yang memiliki dua kutub dan bersifat non-polar karakteristik. Ada tiga
jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Anionic dan permanen
kationik memiliki muatan negatif dan positif yang melekat pada non-polar
(hidrofobik) CC rantai. Detergen non-ionik tidak mempunyai muatan ion tetap,
hal ini terjadi karena mereka memiliki jumlah atom yang lemah elektropositif
dan elektronegatif yang disebabkan oleh kekuatan menarik elektron atom oksigen.
Ada dua jenis karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat
deterjen dan surfaktan deterjen. Pada umumnya deterjen yang mengandung fosfat
akan terasa panas ditangan, sedangkan surfaktan adalah jenis deterjen yang
sangat beracun. Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah deterjen surfaktan
lebih berbusa dan bersifat emulsifying deterjen. Disisi lain fosfat detergent
adalah deterjent yang membantu menghentikan kotoran dalam air.Zat
yang terkandng didalam detergent juga digunakan dalam formulasi dalam
pestisida. Degradasi alkylphenol polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan
pembentukan alkylphenols (terutama nonylphenols) yang bertindak sebagai
endokrin pengganggu jika limbah detergent bercampur dengan air limbah lain di
saluran air.Awalnya deterjen mesin cuci dikenal sebagai produk cuci pembersih pakaian, namun kini meluas
dalam bentuk produk-produk sabun cuci seperti:
1)
Personal
cleaning product, sebagai produk pembersih diri seperti sampo, sabun cuci
tangan, dll.
2)
Laundry,
sebagai sabun deterjen pencuci pakaian, merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat.
3)
Dishwashing
product, sebagai sabun cuci piring alat-alat rumah tangga baik
untuk penggunaan cuci piring manual maupun produk sabun mesin pencuci piring.
4)
Household
cleaner, sebagai produk cuci rumah seperti produk sabun cuci pembersih lantai, pembersih
bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas, dll.
4.
Bahaya Ditergen
Tanpa mengurangi makna
manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus diakui bahwa bahan
kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik
terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk
deterjen yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh
langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat
menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada
permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan
bahan kima dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada
kulit. Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan
surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam
deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air
minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan
berbahaya bagi kesehatan.Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh
industri deterjen. Namun karena ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai
risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini sekarang telah digantikan dengan
bahan lain yaitu LAS.
Builders, salah satu
yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Phosphate
memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini
mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium.
Berkat aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat.
Phosphate yang biasa dijumpai pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate
(STPP). Phosphate tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan salah
satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang
terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi)
yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari
pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan
bakteri. Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang
terdapat dalam air sampai suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air
dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di
beberapa negara, penggunaan phosphate dalam deterjen telah dilarang. Sebagai
alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai builder
dalam deterjen.
Deterjen yang selama ini kita gunakan untuk mencuci
pakaian sebenarnya merupakan hasil sampingan dari proses penyulingan minyak
bumi yang diberi berbagai tambahan bahan kimia seperti fosfat, silikat, bahan
pewarna, dan bahan pewangi. Generasi awal deterjen pertama kali muncul dan mulai diperkenalkan ke masyarakat
sekitar tahun 1960-an dengan menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan
(surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) sebagai penghasil busa.(Wikipedia,
2009).
Polusi atau pencemaran adalah keadaan dimana
suatu lingkungan sudah tidak alami lagi karena telah tercemar oleh polutan.
Misalnya air sungai yang tidak tercemar airnya masih murni dan alami, tidak ada
zat-zat kimia yang berbahaya, sedangkan air sungai yang telah tercemar oleh
detergen misalnya, mengandung zat kimia yang berbahaya, baik bagi organisme
yang hidup di sungai tersebut maupun bagi makhluk hidup lain yang tinggal di
sekitar sungai tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota airdan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Polutan adalah zat atau substansi yang mencemari lingkungan. Air limbah detergen termasuk polutan karena didalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian adalah deterjen anti noda. Deterjen jenis ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonate) yang merupakan deterjen tergolong keras. Deterjen tersebut sukar dirusak oleh mikroorganisme (nonbiodegradable) sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalamkonsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota airdan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut.
Awalnya inovasi yang dianggap cemerlang ini ini mendapatkan respon
yang menggembirakan. Namun seiring berjalannya waktu, ABS setelah diteliti
lebih lanjut diketahui mempunyai efek destruktif (buruk) terhadap lingkungan
yakni sulit diuraikan oleh mikroorganisme. Hal ini menjadikan sisa limbah deterjen yang dikeluarkan setiap hari
oleh rumah tangga akan menjadi limbah berbahaya dan mengancam stabilitas
lingkungan hidup kita.Beberapa negara di dunia secara resmi telah melarang
penggunaan zat ABS ini dalam pembuatan deterjen
dan memperkenalkan senyawa kimia baru yang disebut Linier Alkyl Sulfonat, atau
lebih sering jika kita lihat di berbagai label produk deterjen yang kita pakai dengan nama LAS yang relatif lebih ramah
lingkungan. Akan tetapi penelitian terbaru oleh para ahli menyebutkan bahwa
senyawa ini juga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit terhadap lingkungan.
Menurut data yang diperoleh bahwa dikatakan alam lingkungan kita membutuhkan
waktu selama 90 hari untuk mengurai LAS dan hanya 50% dari keseluruhan yang
dapat diurai.
Efek paling nyata yang disebabkan oleh limbah deterjen rumah tangga adalah
terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan enceng gondok).
Limbah deterjen yang dibuang ke
kolam ataupun rawa akan memicu ledakan pertumbuhan ganggang dan enceng gondok
sehingga dasar air tidak mampu ditembus oleh sinar matahari, kadar oksigen
berkurang secara drastis, kehidupan biota air mengalami degradasi, dan unsur
hara meningkat sangat pesat. Jika hal seperti ini tidak segera diatasi,
ekosistem akan terganggu dan berakibat merugikan manusia itu sendiri, sebagai
contoh saja lingkungan tempat pembuangan saluran selokan. Secara tidak langsung
rumah tangga pasti membuang limbah deterjennya melalui saluran selokan ini, dan
coba kita lihat, di penghujung saluran selokan begitu banyak eceng gondok yang
hidup dengan kepadatan populasi yang sangat besar.
Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak lepas dari para konsumennya.
Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada lingkungan kesehatan manusia.
Saat seusai kita mencuci baju, kulit tangan kita terasa kering, panas, melepuh,
retak-retak, gampang mengelupas hingga mengakibatkan gatal dan kadang menjadi
alergi.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari
beberapa kajian menyebutkan bahwa deterjen
memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan bersifat karsinogen, misalnya 3,4
Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum akan
menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Sedangkan tinja merupakan jenis vektor
pembawa berbagai macam penyakit bagi manusia. Bagian yang paling berbahaya dari
limbah domestik adalah mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja,
karena dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram
tinja mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup
selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius.
Dalam jangka panjang, air minum yang telah terkontaminasi limbah
deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik).
Proses penguraian deterjen akan
menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan membentuk
senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat
mungkin terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit
(dimana di dalamnya terkandung klor) sebagai pembunuh kuman pada proses
klorinasi.
Pada percobaan tersebut dapat dianalisa bahwa deterjen itu memang mempunyai dampak
buruk terhadap berbagai lingkungan kehidupan kita. Baik itu lingkungan
terrestrial dimana kita hidup, kemudian lingkungan perairan termasuk organisme
yang hidup di dalamnya, atau bahkan juga lingkungan kesehatan manusia sendiri
yang sebenarnya tanpa kita sadari mulai perlahan-lahan menyerang kesehatan
kita.
Deterjen fosfat tinggi seperti tri-natrium fosfat (TSP) dapat
dibeli di beberapa toko cat dan perangkat keras. Pembersihan secara teratur
dengan deterjen fosfat tinggi telah terbukti efektif dalam mengurangi debu di
yang terdapat di jendela dan di sekitar pintu.Apa yang terjadi jika limbah deterjent
bercampur dengan air?Deterjent memiliki efek beracun dalam air. Semua deterjent
menghancurkan lapisan eksternal lendir yang melindungi ikan dari bakteri dan
parasit, selain itu detergent dapat menyebabkan kerusakan pada insang.
Kebanyakan ikan akan mati bila konsentrasi deterjent 15 bagian per juta.
Detergent dengan konsentrasi rendah pun sebanyak 5 ppm tetap dapat membunuh
telur ikan. Surfaktan deterjen pun tak kalah berbahaya karena jenis detergent
ini terbukti mengurangi kemampuan perkembangbiakan organisme perairan.
Deterjen juga memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air.
Bahan kimia organik seperti pestisida dan fenol akan mudah diserap oleh ikan,
dengan konsentrasi deterjen hanya 2 ppm dapat diserap ikan dua kali lipat dari
jumlah bahan kimia lainnya.Detergent juga memberi efek negatif bagi biota air.
Fosfat dalam deterjen dapat memicu ganggang air tawar bunga untuk melepaskan
racun dan menguras oksigen di perairan. Ketika ganggang membusuk, mereka
menggunakan oksigen yang tersedia untuk mempertahankan hidupnya.
5.
Pencegahan Bahaya Detergen
Kesadaran masyarakat pengguna deterjen mesin akan dampak dibalik manfaat deterjen mesin cuci perlu ditingkatkan. Peran
serta masyarakat dalam mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh
penggunaan deterjen sangat diharapkan. Banyaknya pilihan produk yang
diinformasikan melalui iklan memang bisa menguntungkan konsumen. Tetapi
konsumen tetap perlu berhati-hati, karena kesalahan memilih produk akan
merugikan konsumen sendiri. Sebaiknya konsumen memilih deterjen yang pada
kemasannya mencantumkan penandaan nama dagang, isi / netto, nama bahan aktif,
nama dan alamat pabrik, nomor ijin edar, nomor kode produksi, kegunaan dan
petunjuk penggunaan, juga tanda peringatan serta cara penanggulangan bila
terjadi kecelakaan. Selain itu dianjurkan bagi konsumen untuk memilih produk
yang mencantumkan bahan aktif yang lebih aman dan ramah lingkungan. Informasi
mengenai produk ramah lingkungan dapat dilihat pada label baik berupa logo
hijau maupun klaim ramah lingkungan. Selain itu produsen sebaiknya memberikan
informasi yang lebih lengkap mengenai produknya.
Kemampuan deterjen untuk menghilangkan berbagai kotoran yang
menempel pada kain atau objek lain, mengurangi keberadaan kuman dan bakteri
yang menyebabkan infeksi dan meningkatkan umur pemakaian kain, karpet,
alat-alat rumah tangga dan peralatan rumah lainnya, sudah tidak diragukan lagi.
Oleh karena banyaknya manfaat penggunaan deterjen, sehingga menjadi bagian
penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat modern.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk
kimia aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai
(biodegradable). ABS dalam lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat
rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai ‘non-biodegradable’. Dalam
pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan
aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini
dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air.
LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah
lingkungan. LAS mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah
dapat diurai oleh mikroorganisme.
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh konsumen dalam menggunakan
deterjen adalah cara penggunaan yang benar. Pada beberapa deterjen bubuk
ternyata terdapat petunjuk yang tidak tepat. Yaitu ketika konsumen dianjurkan
menggunakan takaran genggam. Hal ini sungguh berisiko karena deterjen bersifat
basa yang berarti korosif terhadap kulit. Apalagi jika kulit pengguna bersifat
sensitif, maka takaran deterjen yang menggunakan istilah ‘genggam’ tersebut
akan langsung memberikan reaksi pada kulit berupa gatal, mengering dan
pecah-pecah. Selain itu, takaran genggam bukan ukuran yang bersifat pasti,
karena hanya berupa kira-kira yang sangat tergantung kepada ukuran tangan
seseorang. Jadi kecenderungan konsumen untuk menggunakan berlebihan memang
besar. Disamping itu, karena slogan-slogan pada iklan produk deterjen baik di
media elektronik maupun media cetak, timbul persepsi konsumen bahwa busa banyak
bisa mencuci lebih bersih. Padahal busa yang terlalu banyak bukan berarti
deterjen menjadi lebih efektif, malah sebaliknya, daya cucinya terhambat.
Selain itu keberadaan busa-busa di permukaan badan air menjadi salah satu
penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut.
Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat
menyebabkan kematian. Oleh karena itu sebaiknya konsumen menggunakan takaran
khusus untuk deterjen dan produsen menyediakan alat takar tersebut di dalam
kemasan produknya.
Air yang tercemari
detergen dapat mengancam kehidupan organisme yang hidup di dalamnya, salah
satunya adalah ikan. Selain ikan masih banyak organisme lain, seperti
fitoplankton, zooplankton/protozoa, cyanobacteria, dan lain-lain. Jika organisme-organisme
seperti fitoplankton mati, maka zooplankton akan mati karena tidak ada makanan,
ikan-ikan pun akan mati karena zooplankton yang biasa dimakan tidak ada. Dengan
kata lain detergen dan polutan lainnya yang mencemari air dapat memusnahkan seluruh organisme
yang hidup di dalamnya.Besar tidaknya pengaruh detergen dan polutan lainnya
pada ikan dan makhluk hidup lain tergantung pada konsentrasi polutan tersebut.
Semakin tinggi konsentrasi polutan, semakin besar pengaruhnya.
Sabun
dan detergen dapat menjadikan lemak dan minyak yang tadinya tidak dapat
bercampur dengan air menjadi mudah bercampur. Sabun dan detergen dalam air
dapat melepaskan sejenis ion yang memiliki bagian yang suka air (hidrofilik)
sehingga dapat larut dalam air dan bagian yang tidak suka akan air (hidrofobik)
sehingga larut dalam minyak atau lemak.Jika dalam pakaian yang dicuci dengan
detergen terdapat kotoran lemak maka bagian ion yang bersifat hidrofobik masuk
ke dalam butiran lemak atau minyak dan bagian ion tersebut yang bersifat
hidrofilik akan mengarah ke pelarut air. Keadaan ini menyebabkan
butiran-butiran minyak akan saling tolak-menolak karena menjadi bermuatan
sejenis. Akibatnya, kotoran lemak atau minyak yang telah lepas dari pakaian
tidak dapat saling bersatu lagi dan tetap berada dalam larutan.
Kita
perlu hati-hati dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai
menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen
sukar diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah
yang dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah
tersebut akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih
detergen yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable).
Pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian detergen yang tidak
selektif atau tidak hati-hati adalah:
a.
rusaknya keindahan
lingkungan perairan;
b.
terancamnya kehidupan
hewan-hewan yang hidup di air; dan
c.
merugikan kesehatan
manusia.
Gunakanlah detergen
sebijaksana mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak organisme
yang hidup di dalamnya. Gunakanlah ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan
solusi masalah ini, misalnya detergen yang ramah lingkungan. Dan yang paling
penting, mari kita memohon ampun pada Allah Swt., karena selama ini kita telah
meracuni alam-Nya, alam sekitar kita.
C.
Sabun
Sabun adalah surfaktan yang digunakan
dengan air untuk mencuci dan membersihkan.
Sabun biasanya berbentuk padatan
tercetak yang disebut batang
karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah meluas,
terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air
bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh
air bersih. Di negara berkembang, deterjen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada
suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis
oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari
pembakaran tumbuhan, atau dari arang
kayu. Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal.
Sabun sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari
pengembangan campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan
sabun terdiri dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku
dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan
pendukung dalam pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun,
baik dari nilai guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai
dalam proses pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat,
natrium fosfat, parfum, dan pewarna.
1.
Reaksi Kimia Pada Sabun
Sabun
dibuat dengan reaksi penyabunan sebagai berikut:
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah
adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan
sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3
+ 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun
sebagai produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai
produk samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk
dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah
larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan
yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih
kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan
dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan natrium hidroksida/soda
kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan kalium hidroksida (KOH)
sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang digunakan juga mempengaruhi wujud
sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa akan menghasilkan sabun yang lebih keras
daripada minyak kedelai, minyak kacang, dan minyak biji katun.
2. Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak
merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester dari gliserol. Pada
proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah minyak
nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah wujud
keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperatur ruang
(± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat.
Minyak tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida.
Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki
asam lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Asam lemak dengan
panjang rantai karbon kurang dari 12 akan menimbulkan iritasi pada kulit,
sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan membuat sabun menjadi keras dan
sulit terlarut dalam air. Kandungan asam lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat,
dan linolenat yang terlalu banyak akan menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada
keadaan atmosferik sehingga sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki
ikatan rangkap sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh
yang tak memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan
lebih lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Jumlah minyak atau lemak yang digunakan dalam
proses pembuatan sabun harus dibatasi karena berbagai alasan, seperti :
kelayakan ekonomi, spesifikasi produk (sabun tidak mudah teroksidasi, mudah
berbusa, dan mudah larut), dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atau lemak yang
biasa dipakai dalam proses pembuatan sabun di antaranya :
1) Tallow. Tallow adalah lemak
sapi atau domba yang dihasilkan oleh industri pengolahan daging sebagai hasil
samping. Kualitas dari tallow ditentukan dari warna, titer (temperatur
solidifikasi dari asam lemak), kandungan FFA, bilangan saponifikasi, dan
bilangan iodin. Tallow dengan kualitas baik biasanya digunakan dalam pembuatan
sabun mandi dan tallow dengan kualitas rendah digunakan dalam pembuatan sabun
cuci. Oleat dan stearat adalah asam lemak yang paling banyak terdapat dalam
tallow. Jumlah FFA dari tallow berkisar antara 0,75-7,0 %. Titer pada tallow
umumnya di atas 40°C. Tallow dengan titer di bawah 40°C dikenal dengan nama
grease.
2) Lard. Lard merupakan minyak
babi yang masih banyak mengandung asam lemak tak jenuh seperti oleat (60 ~ 65%)
dan asam lemak jenuh seperti stearat (35 ~ 40%). Jika digunakan sebagai pengganti
tallow, lard harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu untuk mengurangi
ketidakjenuhannya. Sabun yang dihasilkan dari lard berwarna putih dan mudah
berbusa.
3) Palm Oil (minyak kelapa
sawit).
Minyak kelapa sawit umumnya digunakan sebagai pengganti tallow. Minyak kelapa
sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit. Minyak kelapa sawit
berwarna jingga kemerahan karena adanya kandungan zat warna karotenoid sehingga
jika akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun harus dipucatkan terlebih
dahulu. Sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras
dan sulit berbusa. Maka dari itu, jika akan digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya.
4) Coconut Oil (minyak
kelapa).
Minyak kelapa merupakan minyak nabati yang sering digunakan dalam industri
pembuatan sabun. Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui
ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki
kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak
kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Minyak kelapa juga
memiliki kandungan asam lemak kaproat, kaprilat, dan kaprat.
5) Palm Kernel Oil (minyak
inti kelapa sawit). Minyak inti kelapa sawit diperoleh dari biji kelapa sawit. Minyak
inti sawit memiliki kandungan asam lemak yang mirip dengan minyak kelapa
sehingga dapat digunakan sebagai pengganti minyak kelapa. Minyak inti sawit
memiliki kandungan asam lemak tak jenuh lebih tinggi dan asam lemak rantai
pendek lebih rendah daripada minyak kelapa.
6) Palm Oil Stearine
(minyak sawit stearin). Minyak sawit stearin adalah minyak yang dihasilkan dari ekstraksi
asam-asam lemak dari minyak sawit dengan pelarut aseton dan heksana. Kandungan
asam lemak terbesar dalam minyak ini adalah stearin.
7) Marine Oil. Marine oil berasal dari
mamalia laut (paus) dan ikan laut. Marine oil memiliki kandungan asam lemak tak
jenuh yang cukup tinggi, sehingga harus dihidrogenasi parsial terlebih dahulu
sebelum digunakan sebagai bahan baku.
8) Castor Oil (minyak
jarak).
Minyak ini berasal dari biji pohon jarak dan digunakan untuk membuat sabun
transparan.
9) Olive oil (minyak
zaitun).
Minyak zaitun berasal dari ekstraksi buah zaitun. Minyak zaitun dengan kualitas
tinggi memiliki warna kekuningan. Sabun yang berasal dari minyak zaitun
memiliki sifat yang keras tapi lembut bagi kulit.
10) Campuran minyak dan
lemak.
Industri pembuat sabun umumnya membuat sabun yang berasal dari campuran minyak
dan lemak yang berbeda. Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena
memiliki sifat yang saling melengkapi. Minyak kelapa memiliki kandungan asam
laurat dan miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan
berbusa. Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.
3. Bahan Baku: Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah
NaOH, KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal
dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam pembuatan
sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air. Na2CO3 (abu soda/natrium
karbonat) merupakan alkali yang murah dan dapat menyabunkan asam lemak, tetapi
tidak dapat menyabunkan trigliserida (minyak atau lemak).
Ethanolamines merupakan golongan senyawa amin alkohol. Senyawa
tersebut dapat digunakan untuk membuat sabun dari asam lemak. Sabun yang
dihasilkan sangat mudah larut dalam air, mudah berbusa, dan mampu menurunkan
kesadahan air. Sabun yang terbuat dari ethanolamines dan minyak kelapa
menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut lebih umum digunakan
sebagai sabun industri dan deterjen, bukan sebagai sabun rumah tangga.
Pencampuran alkali yang berbeda sering dilakukan oleh industri sabun dengan
tujuan untuk mendapatkan sabun dengan keunggulan tertentu.
4. Bahan Pendukung
Bahan baku pendukung digunakan untuk membantu proses penyempurnaan
sabun hasil saponifikasi (pegendapan sabun dan pengambilan gliserin) sampai
sabun menjadi produk yang siap dipasarkan. Bahan-bahan tersebut adalah NaCl
(garam) dan bahan-bahan aditif.
1) NaCl. NaCl merupakan
komponen kunci dalam proses pembuatan sabun. Kandungan NaCl pada produk akhir
sangat kecil karena kandungan NaCl yang terlalu tinggi di dalam sabun dapat
memperkeras struktur sabun. NaCl yang digunakan umumnya berbentuk air garam
(brine) atau padatan (kristal). NaCl digunakan untuk memisahkan produk sabun
dan gliserin. Gliserin tidak mengalami pengendapan dalam brine karena
kelarutannya yang tinggi, sedangkan sabun akan mengendap. NaCl harus bebas dari
besi, kalsium, dan magnesium agar diperoleh sabun yang berkualitas.
2) Bahan aditif. Bahan aditif merupakan
bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam sabun yang bertujuan untuk mempertinggi
kualitas produk sabun sehingga menarik konsumen. Bahan-bahan aditif tersebut
antara lain : Builders, Fillers inert, Anti oksidan, Pewarna,dan parfum.
5.
Dampak Limbah Sabun dan
Pencegahannya
Sabun antibakteri yang menjanjikan dapat membunuh kuman tampaknya
sudah tidak asing lagi di masyarakat. Tetapi sudah banyak pula penelitian yang
menyatakan bahwa sabun antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban
dapat membahayakan kesehatan manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. Sebuah sisi lain
dari keuntungan penggunaan sabun
yang menjanjikan dapat membunuh kuman
tersebut.limbah triclosan dan
triclocarban yang terbawa oleh air akan bercampur dengan tanah dan lingkungan
air alami. Limbah triclosan dan
triclocarban ini berbahaya karena tidak dapat terurai selama
berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Bahan kimia dari senyawa ini terdiri dari
struktur cincin benzena yang
terklorinasi, sehingga membuatnya sangat sulit untuk dipecah atau
terurai. Selain itu, kedua senyawa ini juga menolak air atau hidrofobik,
cenderung menempel pada partikel, sehingga mengakibatkan penurunan ketersediaan
proses dan merusak fasilitasi transportasi jangka panjang dalam air dan udara.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sabun antibakteri yang
mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak organ reproduksi,
menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon seks.Triclosan dan
triclocarban telah dikaitkan dengan gangguan endokrin, dengan dampak potensial
yang merugikan perkembangan seksual dan saraf.Selain dalam sabun antibakteri,
triclosan juga sering dipakai dalam pasta gigi dan kosmetik. Bahkan saat
pertama kali ditemukan 50 tahun lalu, senyawa ini juga digunakan untuk
membersihkan permukaan kulit saat operasi.
Penelitian lain menemukan bahwa kandungan triclosan pada pasta
gigi yang seharusnya dapat mencegah pertumbuhan bakteri, malah dapat
menyebabkan kuman-kuman makin kebal terhadap antibiotik.Penelitian laboratorium
menunjukkan senyawa Triclosan dapat menyebabkan mutasi gen pada beberapa jenis
bakteri, di antaranya E coli, salmonella dan listeria. Dikhawatirkan mutasi itu
akan membuat pengobatan infeksi menjadi tidak efektif.Tak hanya itu, penelitian
terbaru juga menemukan bahwa triclosan dan triclocarban dapat merusak
lingkungan, terutama menyebabkan polusi air dan tanah.Bahkan sebuah studi
menemukan bahwa akumulasi triclosan di air menyebabkan pencemaran di pantai
yang akhirnya mengancam kehidupan lumba-lumba.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pewangi
merupakan bahan kimia yang biasanya terdapat dalam parfum, pengharum ruangan,
pengharum lantai, pengharum pakaian, dan pengharum toilet.Kebanyakan pewangi menggunakan
zat-zat kimia. Ada berbagai jenis pewangi. Ada yang padat ada yang cair, gel
dan ada juga yang semprot. Pewangi dapat saja memicu gangguan pernapasan
ataupun asma, sakit kepala hingga kemungkinan gangguan pertumbuhan janin pada
ibu hamil. Bagi konsumen dianjurkan agar senantiasa cermat membaca label atau
registrasi produk. Selain itu, gunakan pewangi seperlunya saja sesuai
kebutuhan. Hindari pemakaian kamper
untuk kebutuhan Bayi. kita harus selektif ketika membeli
produk berupa parfum, jangan sampai mengandung bahan kimia yang dapat mencemari
lingkungan.
Detergen
adalah campuran berbagai bahan,
yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. detergen
mengandung bahan-bahan Surfaktan
(surface active agent), Builder (pembentuk), Filler (pengisi), dan aditif. Ada
tiga jenis deterjen yaitu anionic, kationik, dan non-ionik. Ada dua jenis
karakteristik detergent yang berbeda yaitu fosfat deterjen dan surfaktan
deterjen. Surfaktan dapat menyebabkan permukaan
kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yamg ada pada permukan kulit dan
meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Builders, salah satu yang paling
banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate. Bahan ini mampu
menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Efek paling nyata yang
disebabkan oleh limbah deterjen
rumah tangga adalah terjadinya eutrofikasi (pesatnya pertumbuhan ganggang dan
enceng gondok). Selain merusak lingkungan alam, efek buruk deterjen yang dirasakan tentu tak
lepas dari para konsumennya. Dampaknya juga dapat mengakibatkan gangguan pada
lingkungan kesehatan manusia.Kita perlu hati-hati
dalam memilih bahan pembersih, bahan tersebut jangan sampai menimbulkan
pengaruh yang buruk terhadap lingkungan. Beberapa jenis detergen sukar
diuraikan oleh pengurai. Jika detergen ini bercampur dengan air tanah yang
dijadikan sumber air minum manusia atau binatang ternak maka air tanah tersebut
akan membahayakan kesehatan. Oleh karena itu, kita sebaiknya memilih detergen
yang limbahnya dapat diuraikan oleh mikrorganisme (biodegradable).
Sabun
adalah surfaktan yang
digunakan dengan air
untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang
disebut batang. Sabun merupakan
campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang dapat
diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada
suhu 80–100 °C melalui suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. sabun
antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban dapat membahayakan
kesehatan manusia dan juga lingkungan terutama menyebabkan polusi air dan tanah. sabun
antibakteri yang mengandung triclosan dan triclocarban diduga dapat merusak
organ reproduksi, menurunkan kualitas sperma, serta produksi tiroid dan hormon
seks.
B.
Saran
Selaku konsumen dan
pemakai produk-produk yang terbuat dari bahan kimia.kita harus lebih jeli dalam
memilih produk yang akan kita pakai supaya dampak yang ditimbulkan dari bahan
kimia tersebut dapat diminimalisir. Upayakan pemakaian bahan kimia tersebut
sehemat mungkin untuk menghindari dampak pencemaran lingkungan yang dapat
mempengaruhi kehidupan mahluk hidup. Gunakanlah bahan kimia sebijaksana
mungkin, jangan buang air cucian ke perairan yang banyak organisme yang hidup
di dalamnya. Gunakanlah ilmu pengetahuan kita untuk menciptakan solusi masalah
ini, misalnya bahan yang ramah lingkungan. Dan yang paling penting, mari kita
memohon ampun pada Allah Swt., karena selama ini kita telah meracuni alam-Nya,
alam sekitar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar